Rabu, 26 November 2014

Kesenian Jawa Barat

Kebudayaan Provinsi Jawa Barat atau yang biasa dikenal dengan kebudayaan sunda, merupakan salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Budaya Sunda ini merupakan salah satu budaya tertua yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu suku, budaya sunda merupakan salah satu cikal bakal berdirinya peradaban Nusantara. Budaya sunda sudah ada sejak berdirinya kerajaan Salaka Nagara dan Tarumanegara.

Sunda berasal dari kata Su = Bagus atau Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda diyakini memiliki etos atau watak atau karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak atau karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri) dan pinter (pandai/cerdas) yang sudah dijalankan sejak jaman Salaka Nagara sampai ke Pakuan Pajajaran dan telah membawa kemakmuran serta kesejahteraan hingga lebih dari 1000 tahun.

Makna kata Sunda sangat luhur; yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih. Makna kata ini tidak hanya ditampilkan dalam penampilan saja, tapi juga didalami dalam hati. Oleh karena itu, orang Sunda yang nyunda perlu memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila mencintai, sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya. Namun, modernisasi dan masuknya budaya barat lambat-laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak orang-orang Sunda.

Suku sunda memiliki berbagai macam kebudayaan daerah. Dari mulai pakaian tradisional, kesenian tradisional, bahasa daerah dan masih banyak lagi. Berikut ini, admin Aktivis Paskibra Waled akan membahas beberapa kebudayaan dan kesenian dari suku sunda :


Kebudayaan Sunda

  1. Pakaian Adat
    Jawa Barat memiliki pakaian adat yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Kain kebaya pada dasarnya digunakan seorang perempuan di semua lapisan, baik rakyat biasa maupun kalangan bangsawan. Perbedaannya, mungkin hanya pada bahan kebaya yang digunakan serta corak hiasannya.

    Pakaian untuk laki-laki pada umumnya adalah baju takwa/muslim dan celana berwarna hitam, dilengkapi dengan kain dodot dan tutup kepala bendo terbuat dari kain batik halus bermotif sama dengan kain dodot. Untuk kesempatan resmi, pakaian perempuan Priangan dilengkapi dengan sehelai selendang berwarna sama dengan kebaya dan alas kakinya berupa sandal selop.

    Pada bagian kebaya dari leher sampai ujung bawah kebaya surawe terdapat hiasan dari pasmen, demikian pula pada sekeliling lengan dan pada seputar bawah kebaya. Sebagai penyambung belahan kebaya digunakan peniti.

    Kelengkapan pakaian bagi kaum perempuan juga diperhatikan. Mereka pada umumnya memakai perhiasan gelang emas atau perak, gelang bahar, suweng pelenis baik yang terbuat dari emas atau perak, dan ali meneng. Sementara kaum laki-laki pada umumnya memakai cincin emas, hiasan jas di bagian dada, yang terdiri dari rantai emas atau perak dengan liontin dari kuku harimau.

  2. Bahasa Daerah
    Bahasa yang digunakan orang-orang suku Sunda adalah Bahasa Sunda (Basa Sunda), merupakan salah satu bahasa tradisional bangsa Indonesia yang berasal dari sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Sunda digunakan oleh orang Jawa Barat asli, khususnya orang yang tinggal di daerah Tatar Tanah Sunda/Pasundan. Namun demikian, bahasa Sunda juga dituturkan/pergunakan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap.

Kesenian Suku Sunda

  1. Degung; merupakan kesenian khas Jawa Barat yang merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi suling, rebab, dan sebagainya. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar, biasanya dimainkan pada acara hajatan.

    Degung, Kesenian Suku Sunda
    Degung merupakan salah satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional. Musik degung juga digunakan sebagai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya. Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni tarik suaranya.

  2. Rampak Gendang
    Rampak Gendang, Kesenian Suku Sunda
    Ini adalah sebuah permainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang.

  3. Kacapi Suling
    Kacapi Suling, Kesenian Suku Sunda
    Kacapi Suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi). Iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) sunda yang memerlukan cengkok/alunan tingkat tinggi khas Sunda.

    Pada umumnya, nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan yang dalam bahasa sunda disebut Sinden. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda.

  4. Calung
    Calung, Kesenian Suku Sunda
    Calung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang terdiri dari deretan tabung bambu yang disusun berurutan dengan tangga nada pentatonik dan dimainkan dengan cara memukul bagian bilah atau tabungnya.Bambu yang dipakai untuk membuat alat musik calung berasal dari jenis awi temen(Gigantochloa Atter (Hassk.) Kurz) atau awi wulung(Gigantochloa Atroviolacea Widjaja).

    Secara etimologi, kata calung berasal dari “caca cici sing kurulung” yang berarti suara bilah bambu yang dipukul.

    Ada dua jenis calung yang terdapat di Jawa Barat, yakni Calung Rantay dan Calung Jinjing.
    • Calung Rantay
      Calung Rantay, Kesenian Suku Sunda
      Calung rantay disebut juga calung renteng, calung gambang atau calung runtuy. Beberapa ahli mengklasifikasikan bahwa calung rantay dan calung gambang berbeda jenis, sebab di beberapa daerah calung gambang memiliki dudukan yang paten, kurang lebih berbentuk seperti xylophon atau kolintang di Minahasa.
      Untuk memainkan calug rantay biasanya dipukul menggunakan dua buah alat pemukul sambil duduk bersila. Calung rantay terdiri dari bilah bambu yang diikat dan disusun berderet dengan urutan bambu yang terkecil sampai yang paling besar,selanjutnya tali pengikatnya direntangkan pada dua batang bambu yang melengkung.Jumlahnya tujuh bilah atau lebih.
      Komposisinya ada yang berbentuk satu deretan dan ada juga yang berbentung dua deretan, yang besar disebut calung indung (calung induk) dan yang kecil disebut calung rincik(calung anak).
      Di beberapa daerah seperti di Tasikmalaya, Cibalong, dan Kanekes, calung rantay memiliki ancakkhusus dari bambu atau kayu.
    • Calung Jinjing
      Calung Jinjing, Kesenian Suku Sunda
      Calung jinjing berbentuk tabung-tabung bambu yang digabungkan oleh paniir (sebilah bambu kecil). Berbeda dengan calung rantay, calung jinjing dimainkan dengan cara dipukul sembari dijinjing. Calung jinjing berasal dari bentuk dasar calung rantay dibagimenjadi empat bagian bentuk wadrita(alat) yang terpisah, yakni calung kingking, calung panepas, calung jongrong, dan calung gonggong. keempat buah alatini dimainkan oleh empat pemain dan masing-masing memegang calung dalam fungsi berbeda.
      1). Calung Kingking memiliki 15 bilah bambu dengan urutan nada tertinggi,
      2). Calung Panepas memiliki lima bilah bambu yang dimulai dari nada terendah calung kingking,
      3). Calung Jongrong sama dengan calung panepas, hanya saja urutan nadanya dimulai dari nada terendah calung panepas,
      4). Calung Gonggong hanya memiliki dua bilah bambu dengan nada terendah.

    Zaman dahulu, para pemuda umumnya memainkan calung disela pekerjaannya mengusir burung dan hama lainnya di sawah. Sedangkan di Desa Parung, Tasikmalaya terdapat upacara yang disebut calung tarawangsa. Pada upacara ini calung dikolaborasikan dengan alat musik tarawangsa sebagai ritual penghormatan kepada Dewi Sri. Calung yang biasa dipakai untuk upacara ini yaitu calung rantay. Lagu-lagu yang dibawakan pada saat upacara ini berlangsung berisi puji-puijan kepada Dewi Sri.

    Pada perkembangannya, fungsi calung bergeser menjadi pengiring sebuah seni pertunjukan yang bernama calungan. Perpaduan dalam mengkomposisikan tabuhan gending, lagu, guyonan (lawakan) menjadi sebuah garapan musik rakyat yang sangat digemari di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang adalah calung dalam bentuk penyajian seni pertunjukan, dengan mempergunakan waditra yang disebut calung jingjing.

  5. Angklung
    Angklung, Kesenian Suku Sunda
    Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau tradisional.

  6. Wayang Golek
    Wayang Golek, Kesenian Suku Sunda
    Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menampilkan alur sebuah cerita. Wayang Golek adalah sebuah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang sutradara merangkap sebagai pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia.

    Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi dengan musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya.

  7. Jaipong (Tari Tanah Sunda/Priangan)
    Tari Jaipong, Kesenian Suku Sunda
    Jawa Barat dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipong merupakan tarian khas Jawa Barat yang di mainkan oleh satu orang atau lebih.

    Penarinya pun menggunakan pakaian khas Jawa Barat. Tari ini adalah buah karya seorang seniman asal Bandung yang bernama Gugum Gumbira pada tahun 1960. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian.

    Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb.

  8. Tari Topeng
    Tari Topeng, Kesenian Suku Sunda
    Adalah tarian suku sunda yang dibawakan oleh sekelompok orang penari pria atau wanita, yang menggunakan topeng khas suku sunda. Biasanya tarian ini untuk menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang ke tanah sunda dan sebagai pementasan pada saat acara-acara tertentu seperti perkawinan, khitanan dan sebagainya.

  9. Pencak Silat
    Pencak Silat, Kesenian Suku Sunda
    Pada awalnya, pencak silat merupakan bentuk tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pencak silat dimainkan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang serta memakai ikat kepala yang juga dari bahan kain (orang sunda menyebutnya iket atau bebed).

  10. Rengkong
    Rengkong, Kesenian Suku Sunda
    Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menemuinya (waktu panen).

  11. Sisingaan
    Sisingaan, Kesenian Suku Sunda
    Sisingaan atau Singa Depak merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh 4 (empat) orang yang diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.

  12. Kuda Renggong
    Kuda Renggong, Kesenian Suku Sunda
    Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu seekor kuda atau lebih dihiasi hiasan warna-warni lalu budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut didandani seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, baju takwa dan memakai kain serta sepatu selop.

  13. Kuda Lumping
    Kuda Lumping, Kesenian Suku Sunda
    Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet.

    Keunikan dan keanehan dari kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca, rumput. Selain itu, orang yang memerankannya akan di cambuk seperti halnya mencambuk seekor kuda.

  14. Reog
    Reog, Kesenian Suku Sunda
    Tidak hanya di Ponorogo, di daerah Jawa Barat juga terdapat kesenian yang disebut Reog. Kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan Bodoran (lawak) serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini biasanya ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan adalah cerita-cerita lucu atau lelucon.


  15. , Kesenian Suku Sunda

Senjata Tradisional

  1. Kujang
  2. Bedog (Golok)
  3. Keris

Keterangan diatas merupakan sebagian dari kesenian yang berasal dari Jawa Barat, namun disamping itu masih terdapat banyak kesenian lain yang dimiliki oleh suku sunda tersebut. Kebudayaan Jawa Barat ini merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia. Masih banyak budaya yang ada di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Marauke. Sebagai generasi muda, alangkah baiknya kita berusaha menjaga dan melestarikan budaya luhur agar tidak punah dan tidak di klaim oleh bangsa lain.
sumber: http://pasus-waled.blogspot.com/search/label/Budaya%20Indonesia

Rabu, 15 Oktober 2014

Perbedaan teman dan sahabat


Ada satu perbedaan antara menjadi seorang teman dan menjadi seorang sahabat. Kenalan adalah seseorang yang namanya kau ketahui, yang kau lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kau miliki persamaan, dan jika berada di dekatnya kau merasa nyaman. Ia adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan dengannya kau berbagi. Namun, mereka adalah orang yang dengannya tidak akan kau bagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak kau mengerti karena kau tidak cukup tahu tentang mereka.
Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kau cintai. Bukan karena kau jatuh cinta padanya, namun kau peduli akan orang itu, dan kau memikirkannya ketika mereka tidak ada. Sahabat-sahabat adalah orang yang dimana kau diingatkan ketika kau melihat sesuatu yang mereka sukai, dan kau tahu itu karena kau mengenal mereka dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang wajahnya selalu terekam di kepalamu. Mereka adalah orang-orang yang ketika berada di dekatnya kau merasa tenang karena kau tahu mereka peduli terhadapmu. Mereka menelpon hanya untuk mengetahui bagaimana kabarmu, karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasanpun.
Hanya kepada kita kau bisa berkata jujur-pertama kali-dan kau melakukan hal yang sama. Kau tahu bahwa jika kau memiliki masalah, kita akan bersedia memberikan telinganya hanya untuk mendengar tiap kata keluhanmu bahkan memberikan dukungan ketika kau butuh sebuah pengakuan. kita adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu ketika kau jatuh atau menyakitimu dengan sengaja, dan jika mereka benar-benar menyakitimu … kita akan berusaha keras untuk memperbaikinya. kita adalah orang-orang yang kau cintai dengan sadar ataupun tidak. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kau menangis ketika kau merasa tidak sanggup dengan beban yang menghimpit dadamu.
sahabat adalah seseorang yang menyukaimu,
seseorang dengan siapa kamu dapat menjadi diri sendiri,
seseorang yang menghargai kebaikan2mu,
tidak keberatan dengan kekuranganmu,
dan melihat kelebihan2 dalam dirimu,
Dengan seorang sahabat kau dapat berbagi tawa
berbagi rahasia
bertukar pikiran
berbagi kesuksesan maupun kekecewaan
dan macam2 persoalan besar maupun kecil
Seorang sahabat adalah seseorang yang dapat memahami perasaanmu tanpa kamu ucapkan
seseorang yang dekat denganmu dan selalu memaafkanmu
seseorang yang selalu membesarkan hati dan tidak pernah membuatmu merasa kecil
sahabat adalah
seseorang yang membuatmu merasa bahwa dunia ini indah…..
Sahabat … kita adalah orang-orang yang pada saat kau jabat erat tangannya, kau tak akan berpikir berapa lama menggenggamnya dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri. Mungkin … kita adalah orang yang menemani di saat pernikahanmu nanti, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu pada saat pernikahanmu, atau mungkin adalah orang yang kau nikahi.
sumber: http://friendsluck.wordpress.com/perbedaan-teman-dan-sahabat/

Pengertian dan manfaat menyanyi

Pengertian Dan Manfaat Menyanyi. Menyanyi adalah melantunkan suara dengan nada-nada yang beraturan, biasanya menyanyi diiringi dengan alat musik, baik itu menyanyi secara single/sendirian maupun menyanyi dalam kelompok.

Selain untuk menghibur orang lain, manfaat menyanyi dapat menjadi media penyalur rasa resah yang sedang melanda, ataupun sebagai bentuk luahan keinginan yang belum terealisasi.

Dengan menyanyi juga dapat membuka kembali kenangan atau moment-moment lama yang jarang diingat. Bakat menyanyi pada setiap orang berbeda-beda, tapi kalau kita mau belajar pasti dapat menonjolkan kemampuan menyanyi tersebut sehingga dapat menghibur orang lain atau minimal diri sendiri.
sumber:   http://in-my-please-aldi.blogspot.com/2014/03/pengertian-menyanyi-dan-manfaat.html

Sejarah Bendera

Sejarah
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13.[1] Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia — dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar. Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan.[2] Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari. Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri. Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah alami diperoleh dari daun pohon jati, bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit buah manggis.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.[3] Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.[4] Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.[5] Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan juga mengandung warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam[6] yang mungkin juga berasal dari warna Majapahit.
Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula. [7]

Peraturan tentang Bendera Merah Putih

Bendera negara diatur menurut UUD '45 pasal 35 [9], UU No 24/2009,[10] dan Peraturan Pemerintah No.40/1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia [11]
Bendera Negara dibuat dari kain yang warnanya tidak luntur dan dengan ketentuan ukuran:[10]
  1. 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan.
  2. 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum.
  3. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan.
  4. 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden.
  5. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara.
  6. 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum.
  7. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal.
  8. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api.
  9. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara.
  10. 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.
  11. 3 cm x 5 cm untuk penggunaan di seragam sekolah.
Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari terbit hingga matahari terbenam.[10] Dalam keadaan tertentu, dapat dilakukan pada malam hari.[10]
Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak penggunaan rumah, gedung atau kantor, satuan pendidikan, transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.[10]
Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di:[10]
  1. istana Presiden dan Wakil Presiden;
  2. gedung atau kantor lembaga negara;
  3. gedung atau kantor lembaga pemerintah;
  4. gedung atau kantor lembaga pemerintah nonkementerian;
  5. gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;
  6. gedung atau kantor dewan perwakilan rakyat daerah;
  7. gedung atau kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
  8. gedung atau halaman satuan pendidikan;
  9. gedung atau kantor swasta;
  10. rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
  11. rumah jabatan pimpinan lembaga negara;
  12. rumah jabatan menteri;
  13. rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian;
  14. rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat;
  15. gedung atau kantor atau rumah jabatan lain;
  16. pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
  17. lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia; dan
  18. taman makam pahlawan nasional.
  1. Momentum pengibaran bendera asli setelah deklarasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah dapat dipasang pada peti atau usungan jenazah Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau mantan Wakil Presiden, anggota lembaga negara, menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala daerah, anggota dewan perwakilan rakyat daerah, kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Republik Indonesia yang meninggal dalam tugas, dan/atau warga negara Indonesia yang berjasa bagi bangsa dan negara.[10]
Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.[10]
Setiap orang dilarang:[10]
  1. merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan lain dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Bendera Negara;
  2. memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
  3. mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
  4. mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan memasang lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan
  5. memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan tutup barang yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia#Sejarah



Selasa, 07 Oktober 2014

Sejarah Paskibraka

== Sejarah Paskibraka ==
Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) [[Husein Mutahar]], untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang bertugas.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebertulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun [[1967]], [[Husein Mutahar]] dipanggil presiden saat itu, [[Soekarno]], untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun [[1946]] di [[Yogyakarta]], beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
* Pasukan 17 / pengiring (pemandu),
* Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),[[Berkas:H Mutahar.jpg|thumb|Idik Sulaiman, Sang Pencetus Istilah Paskibraka|149x149px]]
* Pasukan 45 / pengawal.
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus [[1945]] (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di [[Jakarta]] dan menjadi anggota Pandu/[[Pramuka]] untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.
Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para [[mahasiswa]] [[AKABRI]] (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota [[pasukan khusus]] [[ABRI]] (seperti [[RPKAD]], [[PGT]], KKO, dan [[Brimob]]) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus [[1968]], petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan [[provinsi]]. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun [[1967]].

Pada tanggal [[5 Agustus]] [[1969]], di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada [[Gubernur]]/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia.
Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan.
Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.

Istilah yang digunakan dari tahun [[1967]] sampai tahun [[1972]] masih ''Pasukan Pengerek Bendera Pusaka''.
Baru pada tahun [[1973]], [[Idik Sulaeman]] melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan [[Paskibraka]]. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.